Si Fulan Membuatku Menanti Seperti Pelangi
Saya lagi di Warung Kopi Mammiri. Berita bagusnya warkop ini lagi sepi jadi koneksinya bagus, berita buruknya warkop ini baru saja menaikkan harga. Teh susu yang biasanya dihargai IDR 6.000,- kini dihargai IDR 7.000,- sebuah pukulan yang telak bagi para mahasiswa generasi masa depan bangsa *berlebihan*
Eh, tadi ada yang minta tolong di-burning-kan. Orangnya sih saya ndak tau. Tapi familiar bukan family liar. Bolehlah. Sekali-sekali membantu orang yang tidak dikenal.
Beliau, sebut saja si Fulan *kayak nama di cerita zaman nabi* sambil menunggu burningannya selesai, sempat mengajak saya mengobrol sebelum beranjak pergi. Dan dari obrolan singkat itulah saya kemudian tahu bahawa si Fulan yang familiar ini adalah senior saya di Jurusan Ilmu Ekonomi. *entah harus senang atau sedih*
Ini gambarnya, Gang!
Lalu si Fulan beranjak pergi. Meninggalkan saya dengan segelas teh susu hangat tapi hati yang dingin. Sebenarnya, saya tidak rela si Fulan pergi secepat itu. Mungkinkah perkenalan kami tadi sudah cukup membuat saya yakin untuk menantinya? Apakah ada satu sudut dalam hati yang masih tidak rela ditinggalnya pergi?! *bukan, saya bukan gay*
Ada sebab lain yang mungkin bisa dijelaskan lewat gambar ini
Ho'oh. FD-nya si Fulan ketinggalan waktu nge-burning tadi. Sekarang entah bagaimana saya akan mengembalikannya
Fulan, kembalilah. Hingga tulisan ini diterbitkan aku masih setia menanti.
Daaatanglah. Kedatanganmu ku tunggu. Tlah lama telah lama ku menunggu.
Jangan, jangan berjoget.